
Reza Fauzi Nur Taufiq

Melalui bayang-bayang masa lalu, Romawi kuno memiliki istilah domnatio memoriae sebagai “hukuman atas ingatan” yang disahkan menjadi konstitusi.

Seluruh konflik identitas itu sebenarnya bukan disebabkan oleh perbedaan identitas, sebab tidak satupun manusia bisa lepas dari identitas, yang utama adalah keberadaan diri kita, memahami diri kita, dan menegaskan misi otentisitas diri kita.

Socrates adalah seorang bidan yang membantu setiap orang untuk menggali dan melahirkan pengetahuannya sendiri.

Kemalasan dan waktu senggang adalah jeda yang dibutuhkan dalam hidup, keduanya menjadi tempat di mana terjadi proses refleksi dan kontemplasi.

Melihat perjuangan Gandhi lebih dalam lagi, kita akan menemukan banyak pelajaran, baik tentang pentingnya satyagraha dalam perjuangan – yang tak lain dari proses perjuangan kebenaran berdasar cinta – serta moralitas yang harus selalu menemani dalam proses manusia dalam perjuanganannya.

Anti-Komunisme telah berkembang menjadi narasi yang sengaja dirawat dalam kemajemukan masyarakat Indonesia.

Pengaruh media terhadap realitas sosial tidak menutup kemungkinan adanya counter narasi yang jauh dari mainstream media saat ini.

Eksploitasi manusia sudah tidak berjarak dengan kehidupan manusia, dan satu-satunya pegangan untuk mempertahankan otentisitas diri adalah dengan tetap sadar.

Keakraban kapitalisme dan totalitarian pada masa itu cukup menggambarkan betapa kuatnya tenaga yang dibangun oleh partai Nazi.

Dalam dekade terakhir ini kita dihadapkan masa-masa di mana teknologi menjadi pusaran sentral kehidupan, dan menjadi satu-satunya cara untuk menembus batas realitas.