Discourse
KolaseKegiatanTentang Kami
  • Beranda
  • Refleksi
  • Kajian Tokoh
  • Pranala
  • Ulasan
  • Terjemahan
  • Warta
  • Kolase
  • Kegiatan
  • Tentang Kami
DISCOURSE
ArtikelKontakKontribusi EsaiTokoDonasiVideoSyarat dan KetentuanKebijakan Privasi
© 2017-2025 LSF Discourse
Warta

Berfilsafat Sedini Mungkin

0

Filsafat mengenal konsep waktu yang tetap, imanen hingga berlapis dimensi. Sementara usia berada pada satuan titik waktu yang berjalan secara subjektif bagi manusia sebagai penanda seberapa lama ia bergerak dalam perkalian putaran bumi.

Redaksi

Diterbitkan pada Sabtu, 5 Januari 2019
Topik
Pendidikan
Semua topik
Bagikan artikel ini

Bantu kami untuk terus bertahan

Donasi

Filsafat mengenal konsep waktu yang tetap, imanen hingga berlapis dimensi. Sementara usia berada pada satuan titik waktu yang berjalan secara subjektif bagi manusia sebagai penanda seberapa lama ia bergerak dalam perkalian putaran bumi. Seringkali manusia mengutarakan maksud dan keinginannya melalui kerangka usia dengan target dan penggenapan. Pertanyaan dengan konteks serupa diajukan oleh host dalam diskusi kecil LSFD bersama Malang City Guide kemarin malam. Pertanyaan tersebut membawa kepada prakiraan mengenai kapan waktu yang tepat bagi seseorang untuk belajar berfilsafat? Anak kecil di taman bermain atau seorang kakek veteran memiliki kemungkinan yang sama untuk berfilsafat. Namun pendekatan yang dilakukan akan berbeda karena beberapa kondisi seperti; kemampuan kognitif yang yang dapat mempengaruhi ketajaman nalar atau kumpulan ingatan dan pengalaman yang mempengaruhi pertimbangan moral.

Pertanyaan seperti: apa arti dan syarat kedamaian? Apa tujuan hidup manusia? Mengapa seseorang bertemu dengan yang lain? Apa arti orang lain bagiku? Akan menggantikan pertanyaan seperti: Apa yang dapat dilakukan untuk hidup kaya? Apa profesi cita-citamu? Bagaimana cara memperoleh keuntungan? dan pertanyaan lain yang semata bersifat transaksional. Filsafat pada usia apapun akan menggiring manusia pada jarak yang tepat untuk mengawasi dan memahami spiritualitas, semesta, keharmonisan logika serta ragam kehidupan yang mengalir dalam keseharian. Keseluruhannya meninggalkan serpihan pemahaman yang berfungsi dalam pemilihan sikap dan proposisi.

Dalam filsafat sistematis dipelajari logika bahasa-matematika, epistemologi, ontologi, etika, hermeneutika, estetika, kosmologi dan sebagainya sebagai prasarana manusia untuk memuja keberadaan semesta. Dengan mengenali atom terkecil hingga kontinental terbesar maka setiap anak atau orang tua akan membuka mata bagi sistem hidup yang diam dan bergerak, atau singkatnya seimbang. Dalam diskusi itu juga muncul pengandaian bahwa seseorang dapat memulai belajar berfilsafat sedini mungkin. Namun berfilsafat mensyaratkan memampuan untuk bertanya, keinginan untuk mencari, kekuatan untuk belajar dan ketahanan untuk tetap berada dalam normalitas sosial agar jarak subjek dan apa yang melekat padanya tetap seimbang.

Bagikan artikel ini
Diterbitkan pada Sabtu, 5 Januari 2019
Topik
Pendidikan
Semua topik

Diskusi

Loading...
Bantu kami melaluidonasi di SociaBuzz
Artikel Terkait
Sebuah Sekolah di Pati Koleksi Tropenmuseum
Kajian Tokoh
Memurnikan Pendidikan melalui Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Muhammad Iqbal Kholidin0

Pendidikan kian hari hanya dianggap sebagai alat atau barang yang diperjualbelikan, bukan lagi sebagai hak yang seharusnya didapatkan oleh seluruh individu

School boys playing with spinning tops in the classroom karya Charles Bertrand d'Entraygues
Refleksi
Tanggapan terhadap pendidikan postmodern
Yohanes Theo0

Diskursus postmodern adalah suatu refleksi intelektual atas era modern, gagasannya adalah all is different, artinya menolak totalitas karena dalam totalitas tidak ada perbedaan

Terjemahan
Krisis Pendidikan
Nizzam Arrahman0

Pendidikan adalah titik di mana kita memutuskan apakah kita cukup mencintai dunia untuk memikul tanggung jawab untuk itu dan dengan cara yang sama menyelamatkannya dari kehancuran yang tidak dapat dihindari.

No Unemployment karya Elizabeth Olds (1936).
Refleksi
Sukarnya menjadi sarjana di tengah pandemi covid-19
Dion Faisol Romadhon0

Jargon-jargon agent of change, revolusi, dan merdeka sudah tak lagi berlaku sepertinya. Bagaimanapun skripsi yang tebal itu telah menjadi tumpukan kertas berdebu; gelar akademik tak ubahnya pemanis di belakang nama; dan semangat kemahasiswaan hanya berakhir sebagai cerita.

Pelajar di Ekuador dilansir dari brogenproject.org
Kajian Tokoh
Paulo Freire: Pendidikan yang Membebaskan
Nardi Maruapey0

Mengubah realitas (penindasan) adalah sebuah tugas historis, sebuah tugas untuk kemanusiaan