Discourse
KolaseKegiatanTentang Kami
  • Beranda
  • Refleksi
  • Kajian Tokoh
  • Pranala
  • Ulasan
  • Terjemahan
  • Warta
  • Kolase
  • Kegiatan
  • Tentang Kami
DISCOURSE
ArtikelKontakKontribusi EsaiTokoDonasiVideoSyarat dan KetentuanKebijakan Privasi
© 2017-2025 LSF Discourse
Pranala

Gejala Freudian

0

Freud mengibaratkan kesadaran sebagai gunung es yang terbagi tiga bagian ialah sadar, pra-sadar dan nir-sadar.

Pranala Gejala Freudian
Pranala Gejala Freudian
Dika Sri Pandanari
Dika Sri Pandanari
Pendiri LSF Discourse. Pengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Diterbitkan pada Kamis, 13 Juni 2019
Topik
Psikoanalisis
Semua topik
Bagikan artikel ini

Bantu kami untuk terus bertahan

Donasi

Pemikiran Sigmund Freud hadir pada masa revolusi industri dan psikologi. Ia berada dalam jajaran Yahudi Eropa yang merubah dunia ilmu pengetahuan dengan penetapan metode psikoanalisis beserta perangkat pendukungnya. Sebagai Herr Doctor di University of Vienna ia memperkenalkan metode penyembuhan psikis lewat proses dialog yang menjadi terobosan kemanusiaan melawan kekerasan proses pengobatan psikopatologi. Para murid berusaha mengkritik metodenya tapi kerap gagal karena Freud menganggap teorinya hanya masih "di luar kesadaran" mereka.

Freud mengibaratkan kesadaran sebagai gunung es yang terbagi tiga bagian ialah sadar, pra-sadar dan nir-sadar. Sadar memiliki porsi terkecil karena merupakan hasil proses fokus nalar. Pra-sadar memiliki porsi medium yang diketahui tapi tidak lagi menjadi fokus dalam kesadaran sehingga terpinggirkan dan dapat muncul pada mimpi atau lamunan. Sedang nirsadar memiliki porsi terbesar dimana semua ingatan maupun impuls sejak manusia lahir tersimpan. Ketiga bagian ini diatur oleh id saat pewarisan, ego pada proses pengenalan, dan superego pada proses penyaringan. Namun nir-sadar sebagai dasar gunung es merupakan lokus di mana manusia menyimpan semua trauma dan insting lahiriah hingga menjadi sumber potensi utama motif manusia.

Revolusi industri menyeret gejolak kelas hingga gelombang kemarahan mulai mengguncang status quo. Sebagian monarki Eropa perlahan runtuh pasca PD I oleh perlawanan kaum intelektual dan pekerja. Kejahatan perang dan despotisme menjadi impuls masyarakat karena ingatan yang tersimpan dalam struktur bawah sadar. Puncak kesadaran atas ketertindasan mencair saat superego massa diarahkan kaum revolusioner hingga benih republik tumbuh. Pada tahap ini kesadaran digerakkan oleh intelektualitas yang bertahan sesaat selama penindasan. Setelah bunga api revolusi terakhir padam, keresahan nir-sadar massa hadir lagi dalam chaos seperti perubahan drastis aliran seni rupa hingga genosida Nazi dan rezim Stalin. Hilangnya kontrol superego oleh para intelektual-revolusioner saat itu mengembalikan impuls massa yang sejenak direpresi pada nir-sadar hingga merepetisi penindasan serta kekacauan.

Bagikan artikel ini
Diterbitkan pada Kamis, 13 Juni 2019
Topik
Psikoanalisis
Semua topik

Diskusi

Loading...
Bantu kami melaluidonasi di SociaBuzz
Artikel Terkait
Kajian Tokoh
Marxisme dan Psikoanalisis: Herbert Marcuse tentang Masyarakat Modern
Ahmad Thariq0

Alienasi secara ekonomi terjadi manakala hubungan produksi berjalan berdasarkan kepemilikan pribadi oleh kelas borjuasi, sementara alienasi hasrat terjadi manakala manusia harus menekan atau menunda dorongannya untuk mendapatkan apa yang dihasrati karena tuntutan kerja, rasio, norma, ideologi dan politik.

The March of the Weavers karya Kathe Kollwitz
Kajian Tokoh
Membaca Ironi Sigmund Freud: Dari Oedipus sampai Ketegangan Semitik
Muhammad Farhan0

Dorongan-dorongan manusia untuk mencari kesenangan dan menurunkan ketegangan yang Freud rumuskan juga menjadi satu jawaban atas gambaran lingkungan yang ia hadapi

Portrait Adele Bloch Bauer
Refleksi
Cinta, seks, dan kebencian dalam psikoanalisis
Ester Lianawati0

Ketika kita mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh, cinta ini akan berujung mematikan.

Trost in Leid karya Paul Wagner
Refleksi
Masalah dari Dualitas Nature dan Nurture
Alan Pasaribu0

Perdebatan antara Nature (bawaan alami) dan Nurture (lingkungan sosial) merupakan suatu perdebatan panjang dalam sejarah umat manusia, bahkan kita sudah bisa menemukan perdebatan ini dari zaman Aristoteles.