
Dika Sri Pandanari

Secara praktis manusia didikte untuk menginginkan hal yang tidak dibutuhkan melalui iklan-iklan.

Peperangan dominasi saat merupakan pertaruhan nilai kuasa yang heterogen, bukan lagi dalam bentuk alat tukar dan kekuatan fisik.

Sebagai seorang revolusioner dan penggagas moralitas anarkisme, Bakunin mengecam sains yang terbentuk di bawah intimidasi kuasa seperti positivisme dan pelurusan atas nama wahyu.

Proses dehumanisasi bukan dilakukan oleh mereka yang menentang sistem tapi kadang justru dilakukan oleh mereka yang membangun sistem.

Dualisme akan selalu diawali dan diakhiri dengan netralitas.

Kisah rakyat Tiongkok ini membuktikan bahwa pengamatan fenomenologis dapat menjadi perangkat dalam memahami intisari dari suatu hal yang majemuk dan kompleks.

Pertentangan para liyan adalah keniscayaan sehingga penyerahan diri dapat menjadi kecerobohan dan penistaan terhadap humanitas.

Sistem ini berkuasa menentukan laku (task) Stefan atau siapun Bandersnatch, makhluk malang di era post-truth yang mengira dirinya kuat dan bebas tanpa menyadari bahwa kuasa hadir sebelum ia memiliki bayangan.

Freud mengibaratkan kesadaran sebagai gunung es yang terbagi tiga bagian ialah sadar, pra-sadar dan nir-sadar.

Pembunuhan tuhan oleh Zarathustra merupakan usaha Nietzsche untuk menyatakan bahwa manusia merupakan ubermensch.

Percakapan Zhuangzi dan Huizi di tepi Huang Ho 24 abad lalu menggambarkan kekekalan daya tangkap manusia atas berbagai ungkapan dan simbol yang terekam dalam kebahagiaan ikan.

Alegori ini menggambarkan kemampuan manusia menyerap indera dan pengolahannya dalam nalar.

Rousseau menyarankan masyarakat untuk menengok kembali pada konvensi sosietas yang pertama.

Zizek memaparkan revolusi realitas yang merubah subjektivitas gamers.

Daulat rakyat dengan kata lain ialah gelombang pencarian baru atas identitas dan peran rakyat dalam usaha memperoleh kulminasi kondisi terbaik kehidupan bersama.

Berjalannya waktu baik maju dan mundur adalah hal tak terprediksi.

Berbagai manifestasi terwelu menunjukkan keserupaan struktur benak manusia dalam merumuskan nilai melalui simbol dan mitos

Albert Camus melihat kehidupan manusia sebagai suatu hal yang tidak jelas (absurd). Meski demikian, ketakjelasan hidup ini adalah satu-satunya kejelasan.

Kemanusiaan masih tersimpan dalam potensia yang terletak dalam jiwa.

Ialah pertemuan antar 'wajah-wajah' Liyan yang menyebabkan manusia terbukti hadir di dunia. Bagi Levinas, pertemuan wajah menimbulkan banyak relevansi dan permasalahan baru seperti lahirnya tanggung jawab, masyarakat, dan paradigma subjektif. Namun sebagaimana Odiseus yang nyaris hilang dalam kutuk perjalanan panjang, setidaknya ontologi barat telah kembali pulang dalam tanah air wilayah metafisika akal budi praktis.

Walau banyak kepastian dan bukti yang telah kutemukan dalam rasioku, aku tidak dapat yakin bahwa seluruh dunia dapat menerima dan memahaminya.

Sekarang ini tentu saja tidak berarti bahwa apa yang biasanya merupakan tindakan ketidakadilan, pada dasarnya tidak adil, selalu dapat diberikan hanya dengan perhitungan yang masuk akal dari konsekuensi yang lebih baik.

Kesendirian bukan berarti kosong. Ia membuka ruang pertemuan bagi manusia dengan dirinya.

Kaum Bobo memiliki modal untuk menikmati kesucian kaum tertindas tanpa harus berada pada titik terendah peradaban.

Masa depan mereka yang tidak mampu menyelaraskan rasio dan moral adalah membuat kebodohan paling ironis melalui ketumpulan moral yang terlembaga dalam masyarakat hingga mengakar di sistem sosial-kebudayaan.

Narasi merupakan gambar yang hidup (bios graphos) di mana sesosok manusia dapat mengabadikan kehidupannya sebagai peninggalan bagi manusia lain.

Satu ambiguitas yang mengikat baik Sartre kecil serta semua pembaca untuk tetap setia kepada buku dan karya sastra.

Sumber pengetahuan yang terakhir ialah Wahyu, yang dipahami hanya oleh beberapa orang tanpa pengaruh awal dari indera dan rasionalitas.

Akal sehat yang dapat menyelamatkan manusia dari bencana adalah yang dapat mengendalikan kemauan manusia.

Thomas Hobbes mengawali diskursus politiknya dengan penjelasan mengenai kondisi awal manusia (state of nature) melalui penggambaran yang purba.

Albert Camus dikenal sebagai pujangga Prancis yang menyelipkan konsep absurditas dalam gelombang eksistensialisme pada masanya.

Kematian filsafat tidak membuat Hawking meninggalkan filsafat.

Saat manusia berusaha memahami sebuah diskursus, maka pada saat sama ia sedang berjalan ke- dan di- terhadap diskursus.

Sebagian dari yang universal disusun oleh proses sintetik a priori dan a posteriori dimana manusia dapat menjelaskan bagaimana sebuah pengetahuan dapat tersusun dalam dirinya.

Teks memiliki keterarahan dalam dirinya sendiri selepas ia dilahirkan oleh penulis. Sebagaimana pandangan fenomenologi mengenai keterlemparan manusia dan historisitas, masa depan teks belum tentu sama dengan yang diharapkan oleh penulis maupun pembaca.

Deisme merupakan pandangan yang mulai berkembang pada abad pencerahan, terutama di Inggris, kritisisme muncul terhadap dogma agama.

Semua orang dapat menjadi filosof bagi dirinya sendiri sebagaimana seorang filosof praktis-organik mendapat pemahaman dari dan untuk hidupnya.

Post-Truth menitikberatkan kepercayaan pribadi, opini subjektif dan emosi massal.