Discourse
KolaseKegiatanTentang Kami
  • Beranda
  • Refleksi
  • Kajian Tokoh
  • Pranala
  • Ulasan
  • Terjemahan
  • Warta
  • Kolase
  • Kegiatan
  • Tentang Kami
DISCOURSE
ArtikelKontakKontribusi EsaiTokoDonasiVideoSyarat dan KetentuanKebijakan Privasi
© 2017-2025 LSF Discourse
Pranala

Bandersnatch

0

Sistem ini berkuasa menentukan laku (task) Stefan atau siapun Bandersnatch, makhluk malang di era post-truth yang mengira dirinya kuat dan bebas tanpa menyadari bahwa kuasa hadir sebelum ia memiliki bayangan.

Dika Sri Pandanari
Dika Sri Pandanari
Pendiri LSF Discourse. Pengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Diterbitkan pada Senin, 28 Desember 2020
Topik
EpistemologiFilm
Semua topik
Bagikan artikel ini

Bantu kami untuk terus bertahan

Donasi

Carroll Lewis, seorang penulis Inggris pertama kali menciptakan Bandersnatch, monster yang dikuasai Red Queen (The Evilness) dalam karyanya yang berjudul Alice in Wonderland. Satu setengah abad kemudian Charlie Brooker melahirkan Stefan Butler yang hidup di bawah kontrol penonton Netflix (dan atau Netfilx sendiri) dalam karyanya berjudul Black Mirror : Bandersnatch. Stefan ialah seorang perancang game virtual yang mendasari permainannya dengan pilihan polar question ya dan tidak. Kehidupan Stefan sama seperti semua pemuda kelas pekerja Inggris yang sederhana dan cenderung menghindari aksi. Namun permainan hadir dalam tatanan realitas manapun termasuk dalam ingatan Stefan atas satu kejadian yang setidaknya ia lampaui dua kali. Ia ingat detail kecil, ucapan ayahnya dan kesan orang yang baru ia kenal, atau tepatnya baru dikenal dalam dua kesempatan. Ingatan itu menekan saraf kognisi, mengacaukan memori, hingga Stefan sadar hasratnya sia-sia karena ia tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.

Black Mirror merupakan analog dari CRT, Plasma, LED, atau LCD yang memantulkan gambar kabur ketika piksel belum bercahaya pada layar. Cerminan buram hanya menyerupai yang nyata, namun dua realitas itu tidak terpisahkan. Satu pilihan di dunia nyata menentukan apa yang terjadi di dalam cermin sebagaimana remote atau joystick digunakan. Kehidupan Stefan dan penonton Netflix sebangun namun tidak kongruen. Penonton mengetahui kehidupan Stefan, mengulanginya pada batas tertentu, membuat keputusan dan melihat akhir hidup Stefan sebagai akhir dari serial TV. Namun hal itu tidak berfungsi sebaliknya karena Black Mirror membatasi antara dua realitas yang terikat berbeda dalam waktu.

Stefan mengetahui dirinya hancur atas keputusan orang asing yang mengendalikannya. Informasi, pertimbangan dan putusan bukan lagi miliknya. Semua direduksi oleh glif, atau sistem pemutusan biner yang ditentukan oleh yang kuasa. Glif menghubungkan sistem regresi linier berganda yang menentukan gerak Stefan, ayahnya, atau rekan kerjanya sebagai variabel dependen seturut kehendak penonton Netfix sebagai variabel independen. Realitas tersebut berlapis, menghanyutkan semua realitas yang terpantul. Stefan bergantung pada para penonton sementara mereka bergantung pada produser dan Netflix dimana selanjutnya Netflix sendiri bergantung dari tingkat konsumsi iklan dan presentasi stress masyarakat. Sistem ini berkuasa menentukan laku (task) Stefan atau siapun Bandersnatch, makhluk malang di era post-truth yang mengira dirinya kuat dan bebas tanpa menyadari bahwa kuasa hadir sebelum ia memiliki bayangan.

Bagikan artikel ini
Diterbitkan pada Senin, 28 Desember 2020
Topik
EpistemologiFilm
Semua topik

Diskusi

Loading...
Bantu kami melaluidonasi di SociaBuzz
Artikel Terkait
Kajian Tokoh
Membaca Thomas Aquinas
Trio Kurniawan0

Konsep Thomas Aquinas berbicara mengenai proses pengetahuan manusia (dalam Summa Theologiae – ST).

Ulasan
Rekonstruksi Epistemologi Ilmu Pengetahuan
Trio Kurniawan0

Mohamad Anas menawarkan lagi sebuah cara para filsuf dalam menikmati dunia: berdialog dan mengkritisi dalam bingkai rasionalitas

Foto Tebing Batu karya North Sky Photography
Terjemahan
Epistemologi Serius dalam Justified True Belief (Bagian 1)
Krisna Putra Pratama0

Karya filosofis Gettier menyembul sebagai sebuah ledakan literatur filosofis yang menciptakan kesepakatan penjelasan mengenai pengetahuan

Pranala Paranoia dan Pengetahuan
Pranala
Paranoia atas Pengetahuan
Dika Sri Pandanari0

Walau banyak kepastian dan bukti yang telah kutemukan dalam rasioku, aku tidak dapat yakin bahwa seluruh dunia dapat menerima dan memahaminya.

Bhaktisvarupa damodara swami
Pranala
Epistemologi Vedanta
Dika Sri Pandanari0

Sumber pengetahuan yang terakhir ialah Wahyu, yang dipahami hanya oleh beberapa orang tanpa pengaruh awal dari indera dan rasionalitas.

Christina's World karya Andrew Wyeth
Refleksi
Sanggahan atas Solipsisme: Bukti atas Eksistensi Dunia Eksternal
Muhammad Ibadurrahman0

Dari mana kita tahu pencerapan kita benar adanya, bahwa terdapat sesuatu yang eksternal dari kesadaran kita?