Discourse
KolaseKegiatanTentang Kami
  • Beranda
  • Refleksi
  • Kajian Tokoh
  • Pranala
  • Ulasan
  • Terjemahan
  • Warta
  • Kolase
  • Kegiatan
  • Tentang Kami
DISCOURSE
ArtikelKontakKontribusi EsaiTokoDonasiVideoSyarat dan KetentuanKebijakan Privasi
© 2017-2025 LSF Discourse
Pranala

Hobbes dan Kodrat Manusia

0

Thomas Hobbes mengawali diskursus politiknya dengan penjelasan mengenai kondisi awal manusia (state of nature) melalui penggambaran yang purba.

Dika Sri Pandanari
Dika Sri Pandanari
Pendiri LSF Discourse. Pengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Diterbitkan pada Kamis, 6 Desember 2018
Topik
Filsafat Politik
Semua topik
Bagikan artikel ini

Bantu kami untuk terus bertahan

Donasi

Thomas Hobbes mengawali diskursus politiknya dengan penjelasan mengenai kondisi awal manusia (state of nature) melalui penggambaran yang purba. Yang dimaksud dengan kondisi awal manusia adalah kodrat dan cara hidup awal manusia. Melalui idenya Hobbes menggambarkan bahwa manusia adalah sepenuhnya bebas, termasuk untuk saling merugikan dan mencari keuntungan. Melalui idenya, Hobbes sekaligus merupakan orang yang pertama kali dalam sejarah menyatakan bahwa pada kodratnya, setiap manusia adalah sederajat.

Konsekuensi dari ide Hobbes adalah bahwa tidak ada pemimpin karena tidak ada seorang manusia pun yang berada lebih tinggi dari yang lainnya. Kesimpulan dari pengandaian Hobbes menimbulkan keadaan lawless state (kondisi tanpa hukum). Kondisi ini menyebabkan bellum omnium contra omnes atau perang semua atas semua dan bahwa untuk bertahan hidup manusia dapat mengalahkan sesamanya atau homo homini lupus. Term Hobbes ini sering disalahartikan sebagai ungkapan skeptis terhadap proposisi politik sehingga mengingkari konsekuensi dari kondisi yang digambarkan.

Walau secara normatif kalimat tersebut mampu memancing perdebatan moral-immoral namun kenyataan bahwa manusia dapat "memangsa" manusia lain tidak dapat dipungkiri hanya karena ambang nilai pantas. Bagi Hobbes, perang meniadakan pertanian dan kesenian sehingga manusia tidak nyaman hidup dalam perang. Dengan demikian manusia menggunakan hukum kodrat yang terdapat dalam akal budi hingga ia menyerahkan sebagian kebebasannya pada hukum bersama. Inilah gagasan kontrak sosial pertama dimana perbincangan politik adalah pembagian porsi yang sebijak-bijaknya atau pengorbanan kebebasan demi perikehidupan bersama.

Bagikan artikel ini
Diterbitkan pada Kamis, 6 Desember 2018
Topik
Filsafat Politik
Semua topik

Diskusi

Loading...
Bantu kami melaluidonasi di SociaBuzz
Artikel Terkait
Pranala Hukum Alam
Pranala
Hukum Alam
Dika Sri Pandanari0

Sebagai seorang revolusioner dan penggagas moralitas anarkisme, Bakunin mengecam sains yang terbentuk di bawah intimidasi kuasa seperti positivisme dan pelurusan atas nama wahyu.

Thomas Hobbes Leviathan
Refleksi
Indonesia dan Bayang-Bayang Sang Leviathan
Muhammad Iqbal Kholidin0

Negara Leviathan seperti konsep Hobbes dinilai sebagai bentuk buruk negara yang tidak meyakinkan untuk diterapkan, termasuk di Indonesia.

Patung Karl Marx
Refleksi
Membincang sosialisme agar membumi
Wahyu Eka Setyawan0

Sosialisme bukan sekadar busa romantik dalam drama telenovela yang keberadaannya bukan hanya sekadar mengulang kegemilangan di masa lalu. Sosialisme ada karena pengetahuan, gerak, dan solidaritas.

Masyarakat Rusia karya Unknown
Refleksi
Gerakan Moralitas Anarko-Komunis Peter Kropotkin
Alam Mahadika0

Lakukan kepada orang lain sama seperti yang Anda ingin orang lakukan kepada Anda dalam situasi yang sama.

Ali Syariati
Kajian Tokoh
Sosialisme Penyembah Tuhan: Telaah Kritis Ide Islam Progresif Ala Ali Syariati
Muh Abdillah Akbar0

Memahami ide sosialisme Islam dalam perkembangan wacana yang direkonstruksi Ali Syariati bisa dibilang upaya reformasi yang mengubah wajah Islam dalam kancah dialektika besar ideologi dunia

Ulasan
Marxisme menurut Ken Budha Kusumandaru dan Franz Magnis – Suseno
Demitrius Cesar0

Kusumandaru menekankan bagaimana marxisme merupakan salah satu pisau analisa yang dapat digunakan dalam membedah permasalahan sosial. Kenyataan bahwa berbagai pergerakan sosial terpengaruhi oleh konsepsi Marx tidak dapat menghalangi penyimpangan atau ekses pemahaman konsep di dalam gerakan.