Discourse
KolaseKegiatanTentang Kami
  • Beranda
  • Refleksi
  • Kajian Tokoh
  • Pranala
  • Ulasan
  • Terjemahan
  • Warta
  • Kolase
  • Kegiatan
  • Tentang Kami
DISCOURSE
ArtikelKontakKontribusi EsaiTokoDonasiVideoSyarat dan KetentuanKebijakan Privasi
© 2017-2025 LSF Discourse
Pranala

Borjuis Bohemian

0

Kaum Bobo memiliki modal untuk menikmati kesucian kaum tertindas tanpa harus berada pada titik terendah peradaban.

Pranala Borjuis Bohemian
Pranala Borjuis Bohemian
Dika Sri Pandanari
Dika Sri Pandanari
Pendiri LSF Discourse. Pengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Diterbitkan pada Kamis, 24 Januari 2019
Topik
Sosial
Semua topik
Bagikan artikel ini

Bantu kami untuk terus bertahan

Donasi

Di lembah Coachella, ratusan ribu orang berkumpul dan hidup di tenda-tenda menyambut matahari terbit bersamaan dimainkannya aransemen yang mereka nantikan. Beruntai manik meriah, bergaun aneka rumbai, masyarakat kelas atas sejenak hidup seperti orang Indian dan musik EDM di padang California Selatan. Lebih dari seminggu para pengunjung festival menyulap diri menjadi para pengungsi tenda dan karavan: termasuk keluarga miliarder Indonesia dan ribuan kaum elit lain. Fenomena yang membuat Coachella Music and Art Festival menarik sebagaimana punk dan sikap kontra kemapanan lain ditransformasi menjadi komoditi yang bernilai.

Bohem keturunan Czech maupun mereka yang mengikuti jejak kaum Bohem dahulu berada di flat-flat kumuh Perancis. Mereka bertahan hidup dengan menjual lukisan atau puisi dan membaur dengan para buruh serta memiliki sentuhan intelektual sewajarnya kaum kritis. Sementara para Gipsi hidup nomaden sambil menjual kerajinan atau ramalan ke hutan Spanyol hingga TPA di Inggris untuk menggenapi perjalanan spiritualnya. Keduanya membaur dan menciptakan norma kontra kemapanan melalui sikap seperti cara berpakaian, pendirian komunitas, dan membentuk gaya hidup mandiri jauh dari cengkraman otoritas. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tradisi mereka di tengah tata nilai-norma konvensional.

David Brooks menyukai istilah Bobo (borjuis-bohemian) untuk menandai kaum borjuis yang berusaha menjadi bohemian untuk sementara waktu. Masyarakat kelas menengah dan atas---yang selama ini mengamati dari jauh langkah-langkah kaum Bohem---kini berkesempatan menyerupai para peretas kemapanan. Menurut Brooks, kesempatan ini lahir dari percampuran kebiasaan masyarakat kota yang meniadakan kelas kecuali dalam hal belanja dan kerja. Di ranah intelektual, strata kelas sejenak diluruhkan. Kaum Bobo memiliki modal untuk menikmati kesucian kaum tertindas tanpa harus berada pada titik terendah peradaban. Karenanya Brooks menggambarkan kuasa etika borjuis kemapanan yang mampu mengutuk kesederhanaan menjadi emas Midas yang dapat diperjualbelikan.

Bagikan artikel ini
Diterbitkan pada Kamis, 24 Januari 2019
Topik
Sosial
Semua topik

Diskusi

Loading...
Bantu kami melaluidonasi di SociaBuzz
Artikel Terkait
Jean Baudrillard
Refleksi
Detoksifikasi digital sebagai upaya melawan realitas semu
Dion Faisol Romadhon0

Hidup di era disrupsi mengharuskan setiap insan terus mengikuti peredaran informasi terbaru. Mudahnya akses informasi tidak selalu positif.

Kapitalisme Postmodern
Kajian Tokoh
Wacana Arogansi Kapitalisme Postmodernitas
Iqbal Dimas Satrio0

“I consumed that’s i am” yang mengartikan eksistensi seseorang berada di dalam lingkup konsumsi. Seseorang dikenal atau disimbolkan dengan konsumsi.

Herbert Marcuse
Refleksi
Nestapa dan tirani modernisasi
Muh Abdillah Akbar0

Modernitas menghantar manusia sampai keadaan ideal secara taktis, di sisi lain manusia modern jatuh dalam keadaan yang represif.

Otto von Bismarck karya Emil Hunter
Kajian Tokoh
Kritik untuk Ilusi Kebenaran Massa
Ralip Sakur0

Nietzsche berpendapat, jika manusia terus-terus saja menjadi “budak” bagi dirinya, maka kita akan melahirkan banyak sekali kegelisahan yang berkepanjangan.

Jean Baudrillard
Refleksi
Transisi menuju Masyarakat Konsumeris
Arkan Labib Afkari0

Konsumerisme dapat mengubah seorang pemalas menjadi pekerja keras karena dorongan konsumsi untuk mendapatkan legitimasi sosial

Ilustrasi dari buku Happycratie
Ulasan
Happycratie dan tirani kebahagiaan
Ester Lianawati0

Mengakui emosi-emosi negatif dan mengalaminya akan mengantarkan kita menjadi bagian dari masyarakat yang tidak egois, yang bertanggung jawab untuk bersama-sama menciptakan masyarakat yang lebih adil dan solider.