Discourse
KolaseKegiatanTentang Kami
  • Beranda
  • Refleksi
  • Kajian Tokoh
  • Pranala
  • Ulasan
  • Terjemahan
  • Warta
  • Kolase
  • Kegiatan
  • Tentang Kami
DISCOURSE
ArtikelKontakKontribusi EsaiTokoDonasiVideoSyarat dan KetentuanKebijakan Privasi
© 2017-2025 LSF Discourse
Pranala

Perjumpaan

0

Kesendirian bukan berarti kosong. Ia membuka ruang pertemuan bagi manusia dengan dirinya.

Pranala Perjumpaan
Pranala Perjumpaan
Dika Sri Pandanari
Dika Sri Pandanari
Pendiri LSF Discourse. Pengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Diterbitkan pada Kamis, 13 Juni 2019
Topik
Eksistensialisme
Semua topik
Bagikan artikel ini

Bantu kami untuk terus bertahan

Donasi

Perjalanan panjang. Ia mengembalikan ingatan pada kelelahan fisik, lamunan tanpa alur, hingga ruang-ruang jiwa sunyi tak terkenali. Cepatnya barisan pohon dan pemukiman bergerak membuat lupa bahwa kitalah yang berpindah. Waktu seakan terhenti. Diamnya waktu dalam rangkaian perpindahan ruang mengaburkan sekat-sekat batin, mengendapkan ego ke dalam pintasan cahaya yang menelusuri jalur-jalur rekaan menuju kampung halaman abadi tak bernama. Seperti Camus yang sekian lama duduk di kereta, terpuruk bosan membaca berita yang sudah lewat, mencoba melayangkan berbagai ide sambil menanti berhentinya kereta yang membawanya entah ke Paris atau Aljir.

Melalui tokoh Mersault dalam novel Mati Bahagia, Camus menyatakan diri di belantara dunia yang letih dan luka. Tiap orang punya keinginan, melakukan usaha, atau masih dalam "kebingungan universal". Dalam dunia Mersault ada pilihan, kekacauan, harapan, dan kekosongan. Di dunia yang sama, Mersault menemukan diri dalam keraguan. Sampai pada titik ia harus melakukan perjalanan pulang dan berkompromi dengan dua malam keheningan dalam bilik kereta. Ia punya waktu untuk diam sejenak, mengidentifikasi diri dan segala hal, lalu diam kembali. Dalam sunyi tanpa teman, ia hanya bisa berkenalan dan bicara dengan dirinya, menentukan apa yang harus dan mungkin dilakukan. Dalam kesendirian, Mersault menemukan kawan di dalam diri.

Camus ingin memberi tahu kita jalan untuk hidup di tengah dunia yang gemuruh. Seperti Mersault, untuk hidup kita perlu memahami keberadaan diri. Sebagaimana pandangan para eksistensialis yang menyatakan bahwa salah satu mode hidup adalah mencari being-in-it-self atau menjadi-ada-dalam-dirinya. Rekan satu kedai Camus, Sartre dalam No Exit menulis, "Banyak penjelasan telah terungkap namun tidak satupun​ yang menjelaskan bagaimana cara untuk hidup." Pernyataan ini dilengkapi Camus, bahwa untuk hidup manusia perlu waktu mengenali diri. Kesendirian bukan berarti kosong. Ia membuka ruang pertemuan bagi manusia dengan dirinya. Perjalanan-perjalanan panjang dalam kereta batin sunyi diperlukan manusia menuju perjumpaan dengan diri sendiri.

Bagikan artikel ini
Diterbitkan pada Kamis, 13 Juni 2019
Topik
Eksistensialisme
Semua topik

Diskusi

Loading...
Bantu kami melaluidonasi di SociaBuzz
Artikel Terkait
Refleksi
Ketika Manusia Memilih Hidup Dalam Kenangan
Anggi Gilang Angkasa0

Hidup dalam kenangan adalah hidup bersama maya

Simone de Beauvoir
Terjemahan
Kekuatan Sinema di Mata Simone de Beauvoir
Karina Puspita Sari0

Kendati de Beauvoir tidak pernah menuangkan ide-ide observasinya tentang film pada sebuah buku atau esai, tapi ia banyak mereferensikan unsur sinema pada berbagai tulisan publik dan privat yang ia hasilkan selama hampir enam dekade hidupnya.

Lukisan Narcissus karya John William Waterhouse.
Terjemahan
Hidup bagaikan khalayak ramai
Karina Puspita Sari0

Bagaimana cara menjadi individu yang orisinil? Filsuf eksistensialis, Kierkegaard dan Heidegger, mencoba memberikan analisis mengapa kita sulit menjadi diri yang sejati.

Refleksi
Mencari Tujuan Manusia
Ricky Setya Prayoga0

Dari sini kita mengerti, bahwa manusia memang tak pernah berhenti. Dan mungkin jika manusia dengan mudah menemukan tujuan, kebahagiaan itu, Hemingway akan urung memuntahkan peluru pada pikirannya yang telah menginspirasi dunia.

Martin Heidegger
Refleksi
Kemenjadian “Aku” dalam paradoks identitas
Reza Fauzi Nur Taufiq0

Seluruh konflik identitas itu sebenarnya bukan disebabkan oleh perbedaan identitas, sebab tidak satupun manusia bisa lepas dari identitas, yang utama adalah keberadaan diri kita, memahami diri kita, dan menegaskan misi otentisitas diri kita.

Refleksi
Relasionalitas Manusia dan Alam Kendeng
Adi Bagus Prima0

Melalui eksistensi, manusia tidak hanya menjadi satu kesatuan dalam dirinya sendiri namun juga dengan orang lain.