Ricky Setya Prayoga

Dari sini kita mengerti, bahwa manusia memang tak pernah berhenti. Dan mungkin jika manusia dengan mudah menemukan tujuan, kebahagiaan itu, Hemingway akan urung memuntahkan peluru pada pikirannya yang telah menginspirasi dunia.

Barangkali benar bahwa membenci adalah suatu fitrah bagi manusia.

Bayangan dalam cermin adalah yang tidak nyata. ‘Sang kucing’ adalah pengetahuan. Kucing-kucing partikular lain, adalah opini.

Bagaimana bisa, manusia hidup dengan menjalani sebuah tindakan berulang-ulang? Hidup dalam repetisi tiada akhir? Adakah rasa jengah atas keadaan, justru menjadi landasan Sisifus melakukan tindakannya?

Tanpa pengendalian, bagi Gandhi, alam akan menghukum manusia sesuai dengan tindakannya.

Manusia memang selalu memiliki kecenderungan terhadap segala hal yang menarik bagi dirinya.

Jika kita boleh untuk merasa, dari Sartre kita bisa belajar bahwa kebebasan ialah sesuatu yang cukup mengerikan. Ia tak pernah bisa dikompromikan, karena kita selalu tiba-tiba saja dihadapkan pada akibat.

Mereka berdua duduk dengan diam. Apa yang dipikirkannya adalah rahasia antara mereka dengan sunyi.