Discourse
KolaseKegiatanTentang Kami
  • Beranda
  • Refleksi
  • Kajian Tokoh
  • Pranala
  • Ulasan
  • Terjemahan
  • Warta
  • Kolase
  • Kegiatan
  • Tentang Kami
DISCOURSE
ArtikelKontakKontribusi EsaiTokoDonasiVideoSyarat dan KetentuanKebijakan Privasi
© 2017-2025 LSF Discourse
Refleksi

Ubermensch sebagai Kiblat Aktualisasi Manusia

0

Konsep Ubermensch Nietzsche dapat digunakan sebagai bantuan atau referensi sebagai wadah manusia untuk mengembangkan dirinya.

Michael Hans
Michael Hans adalah seorang mahasiswa program studi Ekonomi Pembangunan di Universitas Brawijaya Malang

Diterbitkan pada Selasa, 21 Juni 2022
Topik
EtikaFriedrich NietzscheFilsafat Manusia
Semua topik
Bagikan artikel ini

Bantu kami untuk terus bertahan

Donasi

Superman—seperti yang dikenal kebanyakan orang—adalah manusia yang lebih cepat daripada peluru yang melesat, lebih kuat daripada lokomotif kereta, dan mampu melompati bangunan tinggi hanya dengan sekali lompatan. Sayangnya, superman seperti itu hanya dapat ditemukan dalam dunia rekayasa. Lebih dari manusia yang mempunyai fisik superior dibandingkan manusia normal, Friedrich Nietzsche menawarkan suatu gambaran adi manusia yang lebih riil, yang mampu menerima apa yang dunia berikan dan superior secara psikologis dibandingkan manusia biasa.

Superman Nietzsche atau kita sebut saja dengan Ubermensch merupakan permenungan Nietzsche mengenai manusia yang ideal. Sebenarnya, siapakah Ubermensch itu? Aku, kamu, atau kita? Apakah mungkin Ubermensch eksis di dunia ini dari zaman ke zaman? Dalam karya Nietzsche, Thus Spoke Zarathustra, Nietzsche menyinggung banyak mengenai si adi-manusia itu.

“Aku ajarkan kepadamu Adimanusia. Manusia itu harus dilampaui. Adimanusia adalah arti dari bumi ini. Biarkan kehendakmu berkata: Adimanusia akan menjadi makna dari bumi!” Demikian sabda Zarathustra.

Nietzsche menulis bahwa adi-manusia adalah makna dari bumi. Apa makna dari “makna dari bumi?” Adi-manusia merupakan makna dari dunia, dalam arti adi-manusia melepaskan diri dari nilai-nilai dan menganggapnya nirmakna. Kata Uber memiliki peran yang menentukan manusia dalam membentuk keseluruhan makna, di mana ditekankan pada kehendak untuk berkuasa (will to power). Ubermensch Nietzsche merupakan gambaran di mana manusia dapat memberikan makna dalam dirinya sendiri tanpa berpaling kepada dunia. Ubermensch menganggap dirinya sendiri adalah sumber nilai.

Nietzsche menekankan bahwa Ubermensch dapat dicapai apabila seorang individu dapat bertahan dalam kesukaran, menerima kesukaran tersebut sebagai komponen yang diperlukan untuk hal baik. Ubermensch adalah pribadi yang mampu menerima tantangan dan berani menghadapi tantangan yang ada di depannya. Tanpa hal tersebut, manusia tidak dapat dikatakan sebagai Ubermensch. Ubermensch adalah konsep yang melampaui manusia. Dalam buku Thus Spoke Zarathustra, Nietzsche menulis bahwa manusia adalah tali tambang yang terentang antara binatang dan adimanusia, sebuah tambang di atas jurang tak berdasar. Sebuah penyeberangan yang berbahaya, perhentian yang berbahaya, penolehan ke belakang yang berbahaya.

Konsep Ubermensch Nietzsche dapat digunakan sebagai bantuan atau referensi sebagai wadah manusia untuk mengembangkan dirinya. Akan tetapi, pemaknaan yang keliru mengenai Ubermensch akan mengarah pada ateisme mengingat kalau Ubermensch memisahkan intervensi luar (agama salah satunya) dalam upaya pengembangan diri. Kita dapat memaknai Ubermensch sebagai motivasi untuk menjadi manusia yang dapat membuat value-nya sendiri dan mampu berpikir secara independen. Melalui konsep Ubermensch, manusia mampu menjadi pribadi yang melampaui dirinya sendiri, mampu mengalahkan rasa takutnya terhadap tantangan dan mampu tabah di tengah kesukaran.

Ubermensch dapat menjadi fondasi bagi upaya aktualisasi diri manusia, dalam hal ini, sebagai konsep yang subjektif. Subjektivitas di sini berarti bahwa manusia dapat menjadi Ubermensch sesuai jalan hidup dan pemaknaannya masing-masing, tanpa memandang ke belakang. Melalui Ubermensch, Nietzsche mencoba memberikan motivasi kepada manusia untuk mencari best version of ourselves.

Demikian sabda Zarathustra.

Referensi

http://digilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf

Nanuru, Ricardo F. Ubermensch: Konsep Manusia Super Menurut Nietzsche

https://thecolumnist.id/artikel/menyoal–manusia-%C3%9Cbermensch-1302

Bagikan artikel ini
Diterbitkan pada Selasa, 21 Juni 2022
Topik
EtikaFriedrich NietzscheFilsafat Manusia
Semua topik

Diskusi

Loading...
Bantu kami melaluidonasi di SociaBuzz
Artikel Terkait
Masyarakat Kairo karya Arthur von Ferraris
Refleksi
Sosiologi dan Sosiologi Islam: Suatu Dialog Pencerahan
Satrio Dwi Haryono0

Objektivitas tidak diukur melalui iman seseorang. Melainkan sejauh mana peneliti tersebut memegang komitmen keilmuan, mempertahankan kode etik penulisan dan penelitian, moralitas keilmuan serta nilai-nilai akademik.

Lukisan Diogenes yang tinggal di gentong
Kajian Tokoh
Semangat Hidup Asketis Diogenes de Sinope
Yogi Timor Ardani0

Manusia selalu membuat rumit setiap pemberian tuhan dalam hidup yang sebenarnya sederhana.

Old Photos of televisions
Refleksi
Urgensi Filsafat Abad 21: Menerka dan Menolak Budaya Maya
Ahmad Miftahudin Thohari0

Kelahiran filsafat bukan pemberontak kebodohan manusia. Tetapi, lebih pada pemikiran ilusif yang begitu mendominasi ruang kehidupan manusia.

John Stuart Mill
Refleksi
Act For The Greater Good: Dilema Moral Utilitarianisme
Michael Hans0

Bagaimana mungkin dapat mewujudkan kesenangan universal ketika kesenangan pribadi menjadi tumpuan dalam berpikir?

Night karya James A O Connor
Kajian Tokoh
Amor Fati: Nietzsche dan Stoikisme
Mochammad Aldy Maulana Adha0

Amor Fati adalah perihal bagaimana mengelola energi, emosi, waktu, dan tenaga kita dengan bijak

Ilustrasi manusia purba
Refleksi
Rehabilitasi Plato
Novan Gebbyano0

Plato adalah sosok penting di dalam filsafat barat. Ada dua pemikir pra-sokratik yang mempengaruhi Plato yaitu Parmenides dan Democritus.