Discourse
KolaseKegiatanTentang Kami
  • Beranda
  • Refleksi
  • Kajian Tokoh
  • Pranala
  • Ulasan
  • Terjemahan
  • Warta
  • Kolase
  • Kegiatan
  • Tentang Kami
DISCOURSE
ArtikelKontakKontribusi EsaiTokoDonasiVideoSyarat dan KetentuanKebijakan Privasi
© 2017-2025 LSF Discourse
Kajian Tokoh

Emmanuel Levinas: Hermeneutika dan Puasa

0

Puasa dapat membentuk hubungan etis yang baik dengan sesama manusia dan Tuhan

Emmanuel Levinas
Emmanuel Levinas
Arie Riandry
Arie Riandry
Mahasiswa Studi Agama-Agama

Diterbitkan pada Rabu, 10 Mei 2023
Topik
FenomenologiEmmanuel LevinasFilsafat Islam
Semua topik
Bagikan artikel ini

Bantu kami untuk terus bertahan

Donasi

Emmanuel Levinas adalah seorang filsuf yang dikenal dengan pandangannya tentang etika dan keagamaan. Dalam pandangan Levinas, etika merupakan suatu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia, karena etika membentuk cara kita berinteraksi dengan sesama manusia.

Dalam konteks puasa, Levinas memandang puasa sebagai suatu praktik yang dapat membentuk hubungan etis dengan sesama manusia. Puasa dapat mengajarkan kita untuk mengendalikan nafsu dan ego, sehingga kita dapat lebih peka terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain.

Levinas juga menekankan pentingnya dimensi religius dalam praktik puasa. Menurutnya, puasa merupakan suatu bentuk ibadah yang memperkuat hubungan antara manusia dengan Tuhan. Dalam konteks religiositas, puasa dapat menjadi sarana untuk memperkuat iman dan mengekspresikan rasa syukur kepada Tuhan.

Namun, tentu saja, pemahaman terhadap makna dan tujuan puasa tidak dapat terwujud hanya dengan mengetahui konsepnya saja. Umat Muslim harus mempraktikkan puasa dengan penuh kesadaran dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Puasa harus dijalankan dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan rasa syukur kepada Tuhan.

Dalam konteks etika dan religiositas, praktik puasa dapat membantu umat Muslim untuk mengembangkan sikap saling menghargai dan peduli terhadap sesama manusia, serta memperkuat hubungan dengan Tuhan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap makna dan tujuan puasa dalam pandangan Emmanuel Levinas dapat membuka pemahaman yang lebih dalam tentang praktik puasa dalam konteks etika dan religiositas.

Selain itu, praktik puasa juga dapat menjadi sarana untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hidup secara holistik. Dalam konteks modern yang semakin kompleks, praktik puasa dapat membantu umat Muslim untuk memperkuat diri dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan, baik itu dalam konteks sosial, psikologis, maupun fisik.

Namun, dalam menjalankan praktik puasa, kita juga perlu memperhatikan konteks sosial dan lingkungan sekitar. Kita tidak boleh menempatkan diri kita dalam posisi superior atau merugikan orang lain dalam menjalankan praktik puasa. Seperti yang telah dijelaskan oleh Levinas, puasa harus dijalankan dengan penuh kesadaran terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain.

Dalam menghadapi tantangan modern, pemahaman terhadap makna dan tujuan puasa dalam pandangan Emmanuel Levinas dapat menjadi pedoman bagi umat Muslim untuk menjalankan praktik puasa secara penuh kesadaran dan bertanggung jawab. Dalam konteks etika dan religiositas, praktik puasa dapat membentuk hubungan etis yang baik dengan sesama manusia dan Tuhan, serta membantu umat Muslim untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik dan holistik.

Bagikan artikel ini
Diterbitkan pada Rabu, 10 Mei 2023
Topik
FenomenologiEmmanuel LevinasFilsafat Islam
Semua topik

Diskusi

Loading...
Bantu kami melaluidonasi di SociaBuzz
Artikel Terkait
Refleksi
Quo Vadis Domine?
Silvester Yansen Perera0

Ketika kemanusiaan dijunjung tinggi, ketika keadilan mendapatkan tempatnya, ketika perbedaan justru mempersatukan kita, di sanalah Tuhan berada.

Martin Heidegger
Refleksi
Kemenjadian “Aku” dalam paradoks identitas
Reza Fauzi Nur Taufiq0

Seluruh konflik identitas itu sebenarnya bukan disebabkan oleh perbedaan identitas, sebab tidak satupun manusia bisa lepas dari identitas, yang utama adalah keberadaan diri kita, memahami diri kita, dan menegaskan misi otentisitas diri kita.

Pranala Punik Berkepala Dua
Pranala
Punik Berkepala Dua
Dika Sri Pandanari0

Kisah rakyat Tiongkok ini membuktikan bahwa pengamatan fenomenologis dapat menjadi perangkat dalam memahami intisari dari suatu hal yang majemuk dan kompleks.

Hare
Pranala
Intentio Operis
Dika Sri Pandanari0

Teks memiliki keterarahan dalam dirinya sendiri selepas ia dilahirkan oleh penulis. Sebagaimana pandangan fenomenologi mengenai keterlemparan manusia dan historisitas, masa depan teks belum tentu sama dengan yang diharapkan oleh penulis maupun pembaca.

Refleksi
Subjek – Objek menurut Alfred Schutz dalam Relasi Aku dan Liyan
Ryan Ananda0

Dalam fenomenologi sosial, pengalaman dan keseharian yang merupakan aspek penting dalam fenomenologi nampak ditampilkan sebagai elemen-elemen utama pula dalam sosiologi – di samping sistem atau perilaku masyarakat.

Kajian Tokoh
Ketika Sartre Menyadap Ontologi
Rijal MS0

Kesadaran tidak diciptakan atau dimunculkan.